Makassar, Bappelitbangda - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Bekerjasama UNICEF-LPP BONE gelar Pertemuan Koordinasi Tingkat Provinsi dan 24 Kabupaten / Kota dalam upaya Pencegahan dan Penanganan Anak Tidak Sekolah (PPATS), di Hotel Remcy Panakkukang.
Fungsional Perencana Bappelitbangda Prov. Sulsel, M. Ilyas M, SH., MSi bersama Muhammad Tri Agussalim Syarifuddin, S.STP narasumber dalam hal ini mewakili Kepala Bidang PPM, membawakan materi materi berjudul "Capaian Program Kolaborasi dan Arah Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Anak Tidak Sekolah (PPATS) Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam presentasinya, M. Ilyas menyampaikan data dan analisis terkait kondisi pendidikan di Provinsi ini. Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan pada tahun 2024, mencapai 75,18, dengan kenaikan 0,54 poin atau 0,78% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan dua tahun sebelumnya, yang menunjukkan perlunya perhatian lebih untuk mempercepat pertumbuhan IPM agar Sulawesi Selatan dapat mencapai level pembangunan manusia yang lebih tinggi.
Capaian pembangunan pendidikan juga menunjukkan perlambatan, dengan rata-rata lama sekolah (RLS) mengalami penurunan pertumbuhan. RLS yang sempat tumbuh 2,01% pada tahun 2022 kini melambat menjadi 1,14% pada tahun 2024, dengan angka RLS sebesar 8,86 tahun. Hal ini berarti penduduk usia 25 tahun ke atas di Sulawesi Selatan rata-rata hanya menyelesaikan pendidikan setara SMP kelas VIII. Kabupaten Jeneponto mencatat RLS terendah, yaitu 7,01 tahun, menunjukkan bahwa sebagian penduduk tidak menyelesaikan pendidikan wajib belajar 12 tahun.
Sementara itu, harapan lama sekolah (HLS) menunjukkan pertumbuhan positif, namun stagnan dengan pertumbuhan terendah sejak tahun 2020, hanya 0,07% per tahun. HLS tertinggi dicapai oleh Kota Makassar, sedangkan Kabupaten Jeneponto mencatat HLS terendah. Meskipun ada peningkatan pada kelompok usia 7-12 tahun, kelompok usia 13-15 dan 16-18 tahun masih menunjukkan angka anak tidak sekolah yang signifikan, yaitu 6,59% dan 26,83% masing-masing.
"Lanjut Muhammad Tri Agussalim Syarifuddin menyampaikan bahwa data dari Dapodik, EMIS, dan Pendataan PASTI BERAKSI menunjukkan bahwa Kota Makassar merupakan penyumbang anak tidak sekolah (ATS) tertinggi dengan 36.029 orang, diikuti oleh Bone, Gowa, dan Jeneponto. Penyebab anak tidak bersekolah perlu diintervensi agar mereka dapat kembali ke sekolah. Data PASTI BERAKSI menunjukkan bahwa ATS tertinggi berada pada golongan umur 16-18 tahun, dengan laki-laki lebih banyak tidak bersekolah dibandingkan perempuan. Sebaliknya, pada golongan umur 7-12 tahun, ATS perempuan lebih tinggi.
Dalam konteks ini, diharapkan penduduk usia 7 tahun ke atas di Kota Makassar dapat bersekolah selama 15,62 tahun, setara dengan menyelesaikan Diploma 3, sementara penduduk di Jeneponto diharapkan dapat bersekolah selama 12,14 tahun, setara dengan lulus SMA. Namun, pertumbuhan HLS yang lambat juga diiringi dengan pertumbuhan RLS yang stagnan, menunjukkan tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Sulawesi Selatan.
Melalui pemaparan ini, diharapkan peserta rapat dapat memahami kondisi terkini dan bersama-sama merumuskan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan capaian pendidikan dan mengurangi angka anak tidak sekolah di provinsi ini.
Komentar : ( 0 )